Sabtu, 19 November 2011

TUGAS METODE RISET bab 3

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
2.      Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, menurut ( Arikunto, 2003 : 309) yaitu untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala, penelitian secara langsung dan mengadakan penelitian dilapangan. Adapun teknik pengambilan datanya adalah :
1.   Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti guna memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengambilan datanya adala :
a.       Teknik Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara Tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan guna mendapatkan data dan keterangan yang berlandaskan pada tujuan penelitian.
b.      Teknik Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap obyek penelitian yaitu pada PT. COLUMBIA cabang Depok, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan teori yang ada dalam hiteratur terhadap kejadian yang sebenarnya.


C. Populasi dan Sampel
1.      Pengertian Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, (2002 :109) “Populasi adalah jumlah keseluruhan dari suatu gejala yang mempunyai karakteristik yang sama”. Adapun populasi yang dijadikan bahan penelitian ini adalah pelanggan atau konsumen PT. COLUMBIA cabang Depok.
1.      Pengertian Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto, (2002 : 108), “Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Adapun sampel dan populasi itu saling berhubungan , sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi, untuk mewakili populasi dalam arti sampel harus bersifat representatif. Sampel dalam penelitian ini adalah pelanggan dan konsumen PT. COLUMBIA cabang Depok, serta masyarakat sekitarnya dengan jumlah keseluruhan sebanyak 50 responden.
Pemilihan sampel ini bardasarkan sampel bertujuan (purpose sample), dengan berasumsi bahwa pelanggan dan konsumen PT. COLUMBIA cabang Depok untuk dapat menilai terhadap sistem kredit yang diterapkan oleh PT. COLUMBIA cabang Depok.
Penulis akan memberikan daftar pertanyaan dan mewawancarai masyarakat sebagai sampel penelitian guna mendapatkan informasi dan data-data mengenai penilaian konsumen terhadap sistem penjuan kredit PT. COLUMBIA cabang Depok yang hasilnya akan penulis deskripsikan.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Penelitian Lapangan (Field Research)
a.       Wawancara, yaitu untuk memperoleh data ini penulis melakukan wawancara langsung dengan personel yang mengerti tentang permasalahan kredit
b.      Kuisioner, dalam hal ini penulis memberkan daftar pertanyaan kepada masyarakat dan konsumen yang berisi tentang permasalahan-permasalahan yang ada hubungannya dengan masalah penulis, yang mana dalam kuisioner ini penulis membuat daftar pertanyaan yang lebih terarah kepada pokok bahasan.
2.      Observasi
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung pada PT. COLUMBIA cabang Depok untuk mengetahui bagaimana penerapan teori yang ada dalam hiterature terhadap kejadian sebenarnya.
3.      Penelitian Kepustakaan (Library research)
Yaitu mempelajari buku-buku dan media massa untuk mendapatkan teori-teori yang berhubungan dengan penjualan dan kredit.

E. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data-data dari penelitian ini, peneliti menggunakan instrument penelitian berupa daftar pertanyaan yang nantinya akan diisi dan dijawab oleh responden.Dari langkah-langkah penelitian tersebut lalu diuraikan secara sistematis yaitu sebagai berikut :
1.      Mempersiapkan instrument penelitiuan, dimana instrument ini dipersiapkan sesuai demgan kebutuhan yang ada.
2.      Instrumen yang telah disusun tersebut kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga mendapatkan persetujuan untuk diperbanyak dan disebarkan ke lapangan penelitian.
3.      Setelah mendapatkan persetujuan, instrument tersebut kemudian diperbanyak sesuai dengan kebutuhan yang sudah ditentukan sebelumnya, kemudian penulis terjun ke lapangan untuk mendapatkan data dan untuk mengetahui respon atau tanggapan dari konsumen dan masyarakat.
4.      Jumlah sample dan populasi dalam penulisan skripsi ini adalah terbatas, yaitu 50 responden.
Demikianlah langkah-langkah singkat yang ditenpuh penulis, dan dari data tersebut kemudian ditabulasikan dan ditafsir.

F. Teknik Analisis Data
Adapun tekinik pengumpulan data dari penelitian yang dijalankan dilakukan melalui Kuesioner/ Angket.
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode Statistik Deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data tersebut akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.Data yang terkumpul kemudian ditabulasikan atau disusun ke dalam bentuk tabel. 

TUGAS METODE RISET bab 2

BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

A.     Landasan Teori
1.      Pengertian Pemasaran
Di dalam dunia perekonomian yang modern, khususnya perusahaan yang memproduksi barang dan jasa maupun perusahaan perdagangan,  masalah utama yang sering dihadapi adalah usaha untuk menyalurkan atau memasarkan barang dan jasa yang diperdagangkan atau dihasilkan itu kepada pihak-pihak pembeli atau konsumen yang membutuhkan. Untuk dapat berhasilnya penyaluran atau pemasaran barang dan jasa tersebut diperlukan suatu ilmu atau cara yang terbaik dan itulah yang kita sebut dengan pemasaran atau marketing.
Namun istilah marketing yang berasal dari kata market (pasar), tidaklah sederhana pengertiannya. Marketing tidak hanya meliputi dunia pasar saja tetapi lebih dari itu. Marketing membahas segala soal yang hidup dalam masyarakat perusahaan. Untuk sebagian besar marketing meliputi organisasi pasar dalam arti seluas-luasnya bukan hanya mengenai produk barang-barang jasa tetapi juga mengenai produk jasa.
Berikut ini penulis memberikan definisi yang dikemukakan oleh para ahli pemasaran, maksudnya agar dapat diberikan pengertian yang jelas dari arti pemasaran itu.
 Drs. Basu Swasta D. H. MBA (1992: 72) secara sederhana memberikan definisinya sebagai berikut: “Marketing adalah suatu kegiatan yang menggerakkan aliran barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen atau pemakai.
”Menurut William J. Stanton (1994: 34), “Marketing adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial.”
Menurut Philip Kotler (1996: 98), “Marketing adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang ditujukan untuk meng-adakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud mencapai tujuan organisasi.”
Dari definisi tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa Marketing merupakan pencapaian tujuan organisasi dan tujuan perusahaan serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses penyampaian barang dan jasa mulai dari produksi sampai kepada pemakai akhir (konsumen).
Dengan demikian kegiatan pemasaran itu merupakan barang atau jasa yang dihasilkan yang dapat disalurkan kepada pihak-pihak pembeli sehingga tidak akan terjadi penumpukan yang berarti sia-sianya usaha tersebut.
Konsep di masa mendatang yang berdasarkan pada filosopi sebagai berikut:
1.      Pemasaran harus menjadi konsep bisnis yang strategis yang dapat memberikan kepuasan yang berkelanjutan bukan hanya pada kepuasan sesaat. Untuk itu tiga pihak yang saling berkepentingan dalam perusahaan adalah pelanggan, karyawan dan pemilik perusahaan.
2.      Pemasaran menjadi “jiwa”, bukan sekedar salah satu anggota tubuh perusahaan.
3.      Ada tiga nilai utama yaitu:
-         Merek yang paling penting dari produk adalah merek karena pada hakikatnya     pembeli (konsumen) membeli suatu merek bukan produk.
-         Pemilik perusahaan harus terlibat dalam proses pemuasan pelanggan.
-         Hubungan antara pemilik perusahaan, karyawan dan pelanggan merupakan mata  rantai yang tidak dapat terputuskan dan harus ada timbal balik.
Dengan keutungan yang cukup banyak, selayaknya pimpinan perusahaan, paling tidak memberikan bonus atau insentif pada karyawan dengan memberlakukannya secara manusiawi.


2.      Pengertian Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau Marketing Mix merupakan variabel-variabel terkontrol yang dapat digunakan perusahaan untuk menjangkau konsumen yang merupakan target marketnya.
Drs. Basu Swasta D. H. MBA (1986: 17) dalam bukunya Manajemen Pemasaran Modern menyatakan bahwa “Marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni: produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.
Marketing mix inilah yang merupakan inti dari strategi pemasaran yang terdiri dari empat komponen utama yaitu:
1.      Produk (Product)
2.      Harga (Price)
3.      Tempat Place)
4.      Promosi (Promotion)
Keempat komponen tersebut di atas dapat dikombinasikan dalam mencari rumusan-rumusan yang terbaik untuk diterapkan dalam strategi pemasaran perusahaan.


1.      Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian  atau konsumsi yang didapat konsumen, yang meliputi benda secara fisik, jasa, tempat, orang dan organisasi.
Hal yang paling esensial dalam bidang marketing adalah bagaimana dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara maksimal, bagaimana perusahaan dapat membuat produk dengan kualitas yang baik, namun dengan tetap menekan biaya produksi semaksimal mungkin.
Sebab dari produk inilah proses transformasi kepuasan konsumen dapat selalu dalam bentuk fisik tetapi meliputi segala sesuatu yang memang dapat memberi nilai kepuasan pada konsumen di pasar. Namun tanpa mengabaikan nilai kegunaan yang ada, suatu produk disebut baik jika dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan secara maksimal.
2.      Harga (Price)
Drs. Basu Swasta D. H MBA (1986: 147) berpendapat bahwa “Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang beserta pelayanannya.”
Tujuan strategi penetapan harga adalah:
a.       Memperoleh laba yang maksimum
Terjadinya harga memang ditentukan oleh penjual dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, maka semakin besar pula kemungkinan bagi para penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai harapan untuk mendapat keuntungan maksimum dengan kondisi yang ada.                 
b.      Untuk mendapatkan share pasar tertentu
Tujuan mendapatkan share pasar untuk mencapai kenaikan tingkat keuntungan dimasa depan, dan akan atercapai apabila pasar peka (sensitive) terhadap harga, sehingga harga yang rendah dapat mendorong pertumbuhan pasar yang pesat. Hal ini karena harga yang rendah akan menarik pembeli. 


c.       Memerah Pasar (Market Skimming)
Perusahaan mangambil manfaat dari tersedianya pembeli membayar dengan harga yang lebih tinggi dari pembeli lain, karena harga yang ditawarkan memberikan nilai yang lebih tinggi bagi mereka.
3.      Tempat (Place)
Yang disebut saluran distribusi adalah lembaga-lembaga distributor atau penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan saluran distribusi, yaitu:
a.       Jenis dan sifat produk
b.      Sifat konsumen potensial
c.       Sifat persaingan 
d.      Saluran itu sendiri
Semua factor ini perlu diperhatikan dalam berhasilnya kegiatan pemasaran, terutama dalam penyaluran produk dari tangan produsen ke konsumen secara efektif, tepat waktu dan yang dibutuhkan oleh konsumen dengan mutu yang baik. Dengan strategi yang demikian dapat diharapkan bahwa tingkat penjualan akan meningkat.
4.      Promosi (Promotion)
Inti dari pada marketing mix adalah promosi, sebab dengan promosi inilah akan terjadi komunikasi antar produsen dan konsumen dalam melakukan pembelian.
Menurut Philip Kotler (1991: 89), “Promosi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberi dan menarik perhatian konsumen yang potensial terhadap produk yang dihasilkan perusahaan, sehingga menimbulkan minat untuk membeli.’
Promosi merupakan salah satu variabel dari marketing mix yang sangat penting dilaksanakan perusahaan dalam pemasaran produknya. Suatu produk sangatlah bermanfaat akan tetapi bila tidak dikenal oleh konsumen maka tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen.
3.      Pengertian Strategi Pemasaran
   Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh grand strategy atau strategi intinya. Jika strategi inti ini sudah salah atau tidak efektif lagi, maka pelaksanaan teknis yang paling baikpun menjadi tidak berguna, demikian dikatakan oleh Alex D. Tryana MBA (1986:17).
Selanjutnya juga dikatakan, pada dasarnya dalam suatu strategi pemasaran tercakup adanya strategi produk dan strategi pasar, dimana kesemuanya ini merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk membiasakan diri secara teratur dan memilih pasar beserta produk apa yang akan dipasarkan, berdasarkan pertimbangan pada situasi lingkungannya.
Kemudian dirumuskan pula mengenai taktik pemasaran dalam kaitannya dengan strategi pemasaran di dalam usaha untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Dimana disebutkan taktik pemasaran merupakan suatu usaha yang mengarah kepada tindakan dan pengambilan keputusan yang bertahap dan terpencil yang hampir dilakukan setiap hari pada setiap bagian.
Drs. Basu Swasta DH. MBA (1986: 287) mengemukakan bahwa strategi pemasaran merupakan aktivitas yang penting dalam kegiatan pemasaran yaitu antara lain:
1.      Riset dan Analisa Pasar.
Yaitu kegiatan-kegiatan untuk memperoleh informasi tentang keadaan pasar, baik pada situasi sekarang ini maupun kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada saat yang akan datang.
2.      Pengembangan Produk
Yaitu kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan produk hingga memuaskan para pelanggan serta kemungkinan perusahaan untuk mempergunakan kapasitas produk sepenuhnya.
3.      Penetuan Harga
Yaitu kegiatan-kegiatan menetapkan harga produk berdasarkan pada biaya maupun faktor-faktor pasar seperti saluran distribusi, potongan harga yang diberikan, tingkat harga yang diminta oleh para pesaing, kemampuan atau kemauan para pelanggan untuk membayar dan sebagainya.
4.      Promosi
Yaitu kegiatan-kegiatan untuk memperkenalkan barang hasil produksi dan upaya mempengaruhi konsumen melalui kegiatan bauran promosi.
5.      Penyaluran dalam Distribusi
Yaitu kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan usaha penyampaian barang dari produsen kepada konsumen. Tujuannya adalah mengusahakan agar barang selalu dibeli dengan mudah oleh konsumen yang ingin membelinya dimanapun mereka berada.
Dengan demikian jelaslah bahwa pemasaran sangatlah penting bagi perusahaan. Sebab kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada bagian pemasarannya. Namun demikian, setiap kegiatan dalam pemasaran tidak dapat begitu saja terlepas dari kegiatan-kegiatan lain dalam perusahaan.
Mengenai strategi pemasaran sendiri, Philip Kotler (1985:301) mengatakan sebagai berikut:
“Strategi pemasaran adalah pendekatan pokok yang akan digunakan oleh unit bisnis dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan lebih dahulu, di dalamnya tercantum keputusan-keputusan pokok mengenai target pasar, penempatan produk di pasar, bauran pemasaran dan tingkat biaya pemasaran yang diperlukan”.
Dalam siatuasi pasar yang memiliki tingkat persaingan yang tajam, penerapan strategi pemasaran secara efektif sangatlah diperlukan. Sebab dalam situasi seperti ini, pada kenyataannya hanya perusahaan-perusahaan yang mempunyai strategi pemasaran yang lebih dari perusahaan lain dalam memanfaatkan peluang pasar yang ada, yang akan memperoleh bagian pasar lebih besar dari pasar yang ada.    
5.      Penerapan Strategi Pemasaran
Penerapan strategi pemasaran sebaiknya diorientasikan pada tiga hal pokok yaitu:
1.      Memilih konsumen yang dituju.
2.      Mengidentifikasikan keinginan mereka.
3.      Menentukan marketing mix.
Penerapan strategi tersebut merupakan rencana jangka panjang perusahaan yang digunakan sebagai pedoman bagi kegiatan pemasaran.
1.      Memilih konsumen yang dituju.
Langkah awal suatu perusahaan dalam menjalankan program pemasarannya adalah menetapkan konsumen yang dituju. Perusahaan harus dengan jelas menetapkan siapa yang menjadi konsumennya. Konsumen yang dituju merupakan individu-individu yang harus dipuaskan kebutuhannya.
Untuk menetapkan konsumen yang akan dituju dapat digunakan tiga macam alternatif strategi yang dapat ditempuh perusahaan yaitu:
a.       Undifferentiated Marketing adalah perusahaan berusaha meninjau pasar secara keseluruhan, memuaskan pada kesamaan-kesamaan dalam kebutuhan konsumen, dimana strategi ini didasarkan pada penghematan dan pengangkatan yang ditujukan pada segmen yang terbesar yang ada dalam pasar.
b.      Differentiated Marketing adalah perusahaan mencoba untuk mengidentifikasikan kelompok-kelompok pembeli tertentu dengan membagi-bagi pasar ke dalam dua kelompok atau lebih, namun kekurangan dari strategi ini adalah biaya-biaya antara lain biaya riset dan pengembangan untuk memodifikasikan produk terdiri dari biaya produksi, biaya penyimpanan dan biaya promosi.
c.       Concentrated Marketing adalah perusahaan hanya memusatkan usaha pemasarannya pada satu atau beberapa kelompok saja.
Dari ketiga hal di atas, maka umumnya perusahaan lebih suka memasuki beberapa segmen pasar untuk menghindari resiko-resiko yang harus mereka hadapi.
2.      Mengidentifikasikan Keinginan Konsumen
Kegiatan mengidentifikasikan kebutuhan konsumen membutuhkan saran yang tepat, yaitu mengadakan suatu riset pasar. Kegiatan riset pasar ini untuk mengetahui konsumen setelah membaginya dalam segmen-segmen tertentu, dibutuhkan suatu pengetahuan yang khusus dari biaya yang tidak sedikit. Sehingga nantinya akan diketahui selera konsumen dalam menentukan jenis produk yang mereka butuhkan, bentuknya, harganya dan lain-lain.
3.      Menentukan Marketing Mix
Marketing mix atau bauran pemasaran merupakan gabungan elemen-elemen penting dalam pemasaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pemasaran seefektif mungkin.
Menurut Drs. Basu Swasta marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi.

a.      Produk
Keterangan tentang produk mencakup bentuk pemasaran secara fisik, merek produk, pembungkus, garansi dan servis, serta penjualan. Untuk dapat membedakan pengertian jenis barang tersebut, maka akan penulis uraikan di bawah ini.
Barang konsumsi dibagi tiga golongan:
1.      Barang konsumsi adalah barang yang dibeli untuk konsumsi dengan pembelian berdasarkan kebiasaan membeli konsumen dan konsumen tersebut adalah konsumen akhir.
a.     Barang Confinience (barang yang mudah dipakai, dapat diubah-ubah  dimana saja). Contoh: sabun dan lain-lain.
b.   Barang Shopping (barang yang harus dicari dulu jika ingin membelinya). Contoh: tekstil, furniture dan lain-lain.
c.    Barang Spesial (barang yang memiliki ciri khas tertentu). Contoh; barang antik, kendaraan mewah.
2.      Barang industri adalah barang yang dibeli untuk diproses kembali atau dengan kata lain dipergunakan dalam kegiatan industri.
Barang industri dibagi dalam lima golongan:
1.      Bahan baku (merupakan bahan pokok untuk membuat barang lain). Contoh: kapas, besi.
2.      Komponen barang setengah jadi (merupakan barang sudah masuk proses produksi). Contoh: benang untuk dijadikan pakaian.
3.      Barang perlengkapan operasi (digunakan untuk membantu kelancaran proses produksi). Contoh: alat-alat perkakas untuk membentuk suatu barang.
4.      Instansi (Alat produksi utama untuk menghasilkan suatu produksi). Contoh: mesin tenun.
5.      Peralatan ekstra (peralatan yang dipakai untuk membantu instansi). Contoh: tip barang.
b.      Harga
Setelah penetapan jenis produk, maka langkah selanjutnya adalah penetapan harga. Untuk barang konsumsi lebih berorientasi pada permintaan, dengan asumsi bahwa bila harga dinaikkan maka permintaan akan berkurang dan apabila harga diturunkan, maka akan meningkatkan permintaan. Namun, tantangan, situasi dan kondisi yang mempengaruhi konsumen.
c.       Promosi
Promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk melaksanakan konsumen. Pada hakekatnya, kegiatan ini dibagi dalam bentuk atau variabel yaitu:
1.      Periklanan; bentuk persentase dan promosi non pribadi tentang ide, barang   dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
2.      Personal selling; persentase lingkup dalam surat percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk menciptakan penjualan.
3.      Publisitas; pendorong permintaan sasaran non pribadi untuk suatu produk jasa atau ide dengan menggunakan berita konvensional di dalam media massa.
4.      Promosi penjualan; kegiatan pemasaran selain personal selling, periklanan dan publisitas-publisitas yang mendorong pembelian oleh konsumen dan efektivitas pengecer.
d.      Distribusi
Saluran distribusi merupakan sesuatu yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan akhirnya kepada pemakai.
Penggunaan saluran distribusi ini tidak terlepas dari pertimbangan jenis transportasi yang efektif, juga pertimbangan perlunya pertanggungan resiko dan besarnya biaya yang diperlukan.
B.     Kerangka Berfikir
Perusahaan yang ingin berkembang dibidang usahanya, harus memperhatikan sistem penjualan dan strategi dalam memasarkan produk yang dihasilkannya. Dalam hal ini, setiap  perusahan mempunyai sistem penjualan dan strategi dalam memasarkan produknya. Secara umum penjualan dibagi menjadi dua, yaitu penjualan secara tunai dan penjualan secara kredit.
Penjualan secara tunai adalah membayar suatu barang atau jasa secara langsung kepada penjual dan lainya. Penjualan dengan cara kredit merupakan salah satu unsur dalam strategi pemasaran yang menghasilkan laba atau keuntungan yang besar. Dan pada saat ini banyak perusahaan yang menggunakan sistem tersebut.
Penjualan secara kredit sangat bermanfaat untuk semua kelas konsumen yaitu masyarakat. Sistem ini dapat merangsang respon konsumen berupa prilaku (behavioral response), karena perusahaan benar-benar mengerti apa yang diingikan dan dibutuhkan konsumen. Tetapi untuk sekarang ini, perusahaan furniture dan elekteronik yang menggunakan sistem ini, mereka sudah mengalami kesulitan untuk mendapatkan penghasilan dan keuntungan yang besar. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa persoalan dan kesulitan yaitu persoalan  internal dari perusahaan itu sendiri maupun eksternal. Hal tersebut dapat menurunkan pendapatan dan keuntungan perusahaan sekaligus mengancam kehidupan perusahaan atau kebangkrutan.
Oleh sebab itu, dengan adanya hal-hal tersebut perusahaan harus dapat menemukan solusi serta jalan keluar sehingga perusahaan dapat bersaiang untuk mendapatkan pelanggan dan konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan dan dijualnya.
Tetapi perusahaan juga harus teliti dan bijaksana dalam melayani konsumen, karena sedikit saja perusahaan merugikan dan mengecewakan konsumen, maka konsumen akan berpindah tempat dalam membeli produk. Dan mereka akan mencari perusahaan yang mempunyai fasilitas atau sistem penjualan yang lebih baik. Oleh sebab itu perusahaan harus bersikap sopan dan berhati-hati terhadap konsumen, karena konsumen dalam hal ini sangat jeli dan telitidalam menilai suatu perusahaan.
Konsumen akan merasa puas apabila penjual atau perusahan royal dalam sistem pelayanan terhadap konsumen. Dalam hal ini penjual harus bersikap ramah, tidak membeda-badakan dan baik terhadap konsumen. Begitupun sebaliknya, konsumen merasa tidak puas karena pelayanan yang diberikan penjual atau perusahaan tidak baik dan dapat merugikan konsumen. Oleh sebab itu, perusahaan harus memperhatikan sistem pemasaran atau penjualan dan sistem pelayanannya terhadap konsumen. Karena hal tersebut adalah salah satu strategi untuk memperoleh konsumen.
C.     Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis diatas, dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahwa :
Terdapat hubungan antara strategi pemasaran dengan peningkatan penjualan pada PT. COLUMBIA.

TUGAS METODE RISET bab1

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Menurunnya  tingkat perekonomian di Indonesia belakangan ini merupakan dampak dari berbagai masalah, baik masalah internal maupun external. Adapun masalah internal yang dialami adalah akibat dari berbagai bencana alam yang menimpa Indonesia dan menyebabkan kerugian yang cukup banyak, sehingga berdampak pada melemahnya perekonomian Indonesia. Selain itu adanya ulah oknum yang tidak bertanggungjawab yang dengan sengaja menyalahg gunakan keuangan Negara untuk kepentingan pribadi maupun untuk hal-hal yang tidak begitu berguna bagi Negara. Selain masalah internal ada pula masalah external, yaitu adanya krisis global yang melanda Negara-negara maju seperti Amerika dan sebagian Negara-negara Eropa bahkan cina juga terkena dampaknya. Krisis global ini secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap perekonomian Indonesia.
Meskipun perekonomian Indonesia sedang terpuruk, sebagai dampak dari masalah-masalah diatas. Ada sekelompok golongan usaha kecil menengah yang justru terus berkembang untuk meningkatkan usahanya dan memperluas jaringan keseluruh wilayah dengan mendirikan cabang-cabang kecil di desa-desa. Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia sedikit demi sedikit kembali normal. Usaha-usaha kecil ini semakin lama berkembang seiring dengan banyaknya usaha kecil lainnya yang muncul dan menyebabkan timbulnya persaingan dalam usaha. Hal ini sangat mengembirakan karena sejalan dengan cita-cita untuk membangun ekonomi kerakyatan.
Ditengah-tengah perkembangan ekonomi banyak perusahaan-perusahaan  memberikan kredit kepada masyarakat atau konsumen, serta pengusaha berlomba-lomba menguasai konsumen sebagai bentuk kepedulian mereka kepada masyarakat. Sekarang ini banyak perusahaan saling berlomba untuk mendapatkan konsumen agar membeli produk yang dihasilkan. Perusahaan yang tidak mencapai sasaranya banyak disebabkan oleh kurang tepatnya strategi pemasaran dan penjualan  yang digunakanya.
Berhasil atau tidaknya perusahaan sangat ditentukan bagaimana cara yang dikembangkan oleh perusahaan untuk dapat bersaing dalam merebut konsumen dalam penerapan strategi penjualan dan pemasaran yang efektif. Apabila sistem penjualan tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka pelaksanaan yang baik pun tidak memberikan hasil yang memuaskan seperti yang  diharapkan.
Penentuan sistem kredit ini sangat erat hubunganya dengan tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan serta sangat menentukan dalam pemilihan taktik yang digunakan untuk melaksanakan strategi pemasaran dan penjualan tersebut agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Secara umum tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimum, sehingga perusahaan dapat terus berkembang. Pernerapan sistem kredit dalam perusahaan sangat berpengaruh dalam kinerja perusahaan yang bersangkutan. Sebab dalam penerapannya, posisi perusahaan dipasar potensial sangat dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya sistem pemasaran dan penjualan  yang digunakan. Hal ini juga merupakan sumber dana bagi kelangsungan hidup perusahaan untuk terus berkembang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Perusahaan yang bermutu tinggi dengan harga yang sama dengan pesaingnya tidak diragukan lagi untuk mengalahkan pesaingnya yang kurang berorientasi pada pelayanan. Bila perusahaan jasa tersebut mengalami perubahaan di bidang harga maka secara langsung perusahaan tersebut memberitahukan perubahaan itu kepada klien-klienya.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut sejauh mana strategi pemasaran serta sistem  penjualan kredit dalam meningkatkan dan memajukan usaha khusunya pada PT.COLUMBIA yang akan dibahas dalam bentuk penulisan karya ilmiah dengan judul :
“Pengaruh Pengawasan Pemasaran Terhadap Peningkatan Penjualan Pada PT. COLUMBIA Cibubur”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.      Strategi apa yang digunakan PT. COLUMBIA
2.      Seberapa besar pengaruh strategi pemasaran terhadap peningkatan penjualan PT. COLUMBIA
3.      Adakah hubungan antara strategi pemasaran dan peningkatan penjualan
4.      Eratkah hubungan antara strategi pemasaran dengan penigkatan penjualan
5.      Berapa besar peningkatan penjualan PT. COLUMBIA
6.      Penjualan apa yang dilakukan oleh PT. COLUMBIA
7.      Bagaiman pengaruh strategi pemasaran terhadap penigkatan penjualan PT. COLUMBIA
8.      Apakah penjualan PT. COLUMBIA meningkat
9.      Bagaimana penigkatan penjualan PT. COLUMBIA
Demikianlah penulis menetapkan perumusan masalah dalam karya ilimiah ini dengan tujuan agar dalam usaha pemecahannya nanti dapat lebih jelas dan singkat. 
C.     Pembatasan Masalah
Dari berbagai permasalahan yang telah di identifikasi di atas, maka permasalahan dibatasi pada “strategi pemasaran dan peningkatan penjualan PT. COLUMBIA”.
D.    Perumusan Masalah
Setelah mengemukakan identifikasi masalah, dan dapat dirumuskan masalahnya, maka akan dapat memudahkan dalam penelitian ini.  Rumusan masalah tersebut adalah :
1.      Bagaimanakah strategi pemasaran yang digunakan oleh PT. COLUMBIA Cibubur?
2.      Adakah hubungan antara strategi pemasaran dengan peningkatan penjualan PT. COLUMBIA Cibubur?

E.   Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1.   Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian karya ilmiah ini adalah untuk mengumpulkan data-data sebagai bahan penulisan ilmiah, yaitu :
a.       Untuk mengetahui strategi pemasaran yang digunakan PT. COLUMBIA.
b.      Untuk mengetahui peningkatan penjualan kredit PT. COLUMBIA.
c.       Untuk mengetahui tingkat keberhasilan strategi pemasaran terhadap peningkatan penjualan yang diterapkan oleh PT. COLUMBIA.
2.   Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
a.       Bagi Peneliti
Mengharapkan agar menambah wawasan berfikir dan pengetahuan tentang strategi pemasaran terutama tentang “strategi pemasaran PT. COLUMBIA”.
b.      Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi PT. COLUMBIA dalam mengambil strategi pemasaran.
c.       Bagi Pembaca
Diharapkan agar dapat menambah wawasan bagi pembaca dan bisa dijadikan referensi.
F.   Sistematika Penulisan
BAB I       PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai  pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah,  rumusan  masalah, pembatasan  masalah, tujuan penulisan, tujuan dan kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Minggu, 06 November 2011

BAB III

Sebelum melakukan analisa terhadap teori kebangkrutan, maka akan dijelaskan dahulu mengenai definisi mengenai kebangkrutan.
Erick L. Kohler (1994) dalam A Dictionary of Accountants, merumuskan bahwa pengertian kebangkrutan adalah :
“Bankruptcy, The condition of being unable to pay one’s debt, Legal proceeding designed to declare a person formally bankrupt and to provide for the administration of his property in order to discharge his debts. The proceedings may be initiated either by the debtor or by his creditors”. 
(Kebangkrutan/, suatu kondisi dimana yang bersangkutan tidak mampu membayar kewajibannya, secara hukum dinyatakan bangkrut dan diharuskan untuk menjual kekayaannya/ asetnya untuk membayar kewajibannya. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan oleh debitur maupun kreditur.)
Sebuah perusahaan dapat dikatakan bangkrut apabila nilai aktiva perusahaan tersebut sudah berada dibawah angka nominal utang atau pinjamananya.
Penelitian Sebelumnya
Beaver merupakan salah satu akademisi yang menjadi pioneer dalam meneliti kebangkrutan perusahaan dan penelitiannya sering dianggap sebagai batu loncatan pertama didalam penelitian kebangkrutan perusahaan. Pendekatan yang dipakai Beaver adalah univariat, yaitu setiap rasio, tanpa diikuti oleh rasio lainnya, diuji kemampuannya untuk memperkirakan kebangkrutan perusahaan. Altman (1968) mencoba memperbaiki penelitian Beaver dengan menerapkan multivariate linear discriminant analysis(MDA), suatu metode yang kerap dibuktikan memiliki keterbatasan. Teknik MDA yang digunakan oleh Altman merupakan suatu teknik regresi dari beberapa uncorrelated time series variables, dengan menggunakan cut-off value untuk menetapkan kriteria klasifikasi masing-masing kelompok. Kelebihan penggunaan menetapkan kriteria klasifikasi masing-masing kelompok. Kelebihan penggunaan teknik MDA ini adalah seluruh ciri karakteristik variabel yang diobservasi dimasukkan, bersamaan dengan interaksi mereka. Altman juga menyimpulkan bahwa MDA mengurangi jarak pengukuran/dimensionality dari para peneliti dengan menggunakan cut-off points. Pada umumnya, karena MDA mudah digunakan dan diinterpretasikan, MDA sering menjadi pilihan para peneliti corporate failure selama ini.
Hasil penelitian Beaver (1966), termasuk salah satu penelitian yang sering dijadikan acuan utama dalam penelitian tentang corporate failure. Beaver menggunakan 30 jenis rasio keuangan yang digunakan pada 79 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit. Memakai univariate discriminant anlysis sebagai alat uji statistik, Beaver menyimpulkan bahwa rasio working capital funds flo to total asset dan net incom to total assets mampu membedakan perusahaan yang akan pailit dengan yang tidak pailit secara tepat masing-masing sebesar 90% dan 88% dari sampel yang digunakan.
Altman (1968), melakukan penelitian pada topik yang sama seperti topik penelitian yang dilakukan oleh Beaver tetapi Altman menggunakan teknik multivariate discriminant analysis dan menghasilkan model dengan 7 rasio keuangan. Dalam penelitiannya, Altman menggunakan sampel 33 pasang perusahaan yang pailit dan tidak pailit dan model yang disusunnya secara tepat mampu mengidentifikasikan 90% kasus kepailitan pada satu tahun sebelum kepailitan terjadi.
Penelitian dengan topik kebangkrutan/kepailitan perusahaan terus dilakukan oleh para peneliti, perkembangan terakhir penelitian dengan topik kebangkrutan atau kepailitan terletak pada alat uji statistiknya. Ohlson (1980) adalah peneliti pertama yang menggunakan analisa logit untuk memprediksi kepailitan. Pada penelitiannya, Ohlson menggunakan 105 perusahaan yang pailit dan 2058 perusahaan yang tidak pailit serta menemukan bahwa 7 rasio keuangan mampu mengidentifikasikan perusahaan yang akan pailit dengan tingkat ketepatan yang mendekati hasil penelitian Altman.      
Pentingnya persoalan corporate failure juga didukung oleh Krugman yang mengulas mengenai global financial downturns dan memasukkan teori balance sheet fundamentals sebagai signal dari krisis yang akan terjadi (Krugman, 1999).
Casterella, Lewis dan Walker (2000), menggambarkan suatu kerangka waktu urutan kejadian perusahaan yang mengalami kebangkrutan.
Casterella, Lewis dan Walker (2000) menjelaskan bahwa, setelah laporan audit dikeluarkan, dapat diketahui apakah perusahaan tergolong ke dalam perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Hal ini diikuti dengan adanya periode reorganisasi (antara poin 3 dan 4). Periode ini dapat meluas sampai dengan periode tahun fiscal berikutnya. Periode reorganisasi diakhiri dengan keputusan apakah perusahaan akan dilikuidasi atau akan pulih. Mutchler (1985) mengungkapkan beberapa karakteristik dari suatu perusahaan bermasalah, antara lain perusahaan memiliki modal negative, arus kas negatif, pendapatan operasi negatif, kerugian pada tahun berjalan dan deficit saldo laba tahun berjalan.
The Altman Z-Score Analysis
Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dikembangkan pada tahun 1968 oleh Edward I. Altman, seorang ekonom dan praktisi keuangan yang juga seorang profesor pada Leonard N. Stern School of Business di Universitas New York. Z-Score adalah sebuah formula yang menggunakan analisa multivariate yang digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan sebuah perusahaan dan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan dalam rentang waktu 2 (dua) tahun.
Altman (1968) menemukan bahwa perusahaan dengan profitabilitas serta solvabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Ia mencoba mengembangkan suatu model prediksi dengan menggunakan 22 rasio keuangan yang diklasifikasikan kedalam 5 kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, rasio uji pasar dan kativitas. Altman mengembangkan modelnya dengan menggunakan 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut. Sampai sekarang Z-Score lebih banyak digunakan oleh para peneliti, praktisi serta para akademisi dibandingkan dengan model prediksi kebangkrutan yang lainnya.
Dimana :
T1 = working capital / total asset
T2 = retained earnings / total asset
T3 = earnings before interest and taxes / total asset
T4 = market capitalization / book value of debt
T5 = sales / total asset
T1, melihat sejauh mana kemampuan modal kerja (working capital) perusahaan berpengaruh terhadap total aktivanya, modal kerja yang tinggi dapat pula disebabkan banyaknya persediaan atau piutang serta dapat disebabkan banyaknya hutang usaha yang telah jatuh tempo. Pengukuran modal kerja juga dapat dilihat tingkat likuiditas perusahaan yang bersangkutan, dimana modal kerja adalah Aktiva lancar dikurang kewajiban lancarnya.
T2, melihat sejauh mana laba ditahan perusahaan dapat berkontribusi terhadap total aktivanya (atau lebih melihat tingkat perputarannya).
T3, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (tingkat pengembalian) dari hasil operasi perusahaan terhadap total aktivanya. Dapat juga dikatakan rasio ini menggambarkan  efisiensi pada dana yang digunakan oleh perusahaan.
T4, mengukur sejauh mana pengukuran pasar (respon pasar) terhadap perusahaan yang dinyatakan melalui salah satu dari struktur permodalannya (hutang).
T5, Menyatakan Asset Turn Over, atau kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva/ investasi dalam menghasilkan penjualan.
Hasil dari perhitungan tersebut lalu diklasifikasikan, menjadi :
Z > 2.99 – wilayah aman (safe zone)
1.80 < Z < 2.99 – Wilayah yang tidak aman (grey zone)
Z < 1.80 – memasuki wilayah menuju kebangkrutan (distress zone)
Sejak tahun 1985, analisa kemungkinan kebangkrutan menggunakan Z-Score telah diterima dan digunakan oleh auditor, pengadilan dan oleh bank untuk menganalisa pinjaman (Eidleman) dan dapat pula digunakan untuk memprediksi pergerakan dari peringkat obligasi (bond’s rating) (Altman & Rijken (2004)). Walaupun formula ini telah digunakan secara luas, namun pada awal pengembangan,  formula ini hanya dapat digunakan untuk menganalisa perusahaan yang bidang usahanya manufaktur dengan jumlah total asset diatas 1 juta AS. Namun pada perkembangan selanjutnya formula tersebut telah dimodifikasi untuk bisa digunakan pada perusahaan manufaktur non-publik, perusahaan dengan bidang usaha selain manufaktur dan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.
Penelitian-penelitian terdahulu yang dilakukan untuk mengukur efektifitas Z-Score telah menunjukkan bahwa formula tersebut memiliki tingkat akurasi diatas 70% (Eidleman).


http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/prihantoro/